“Belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan.”
(Peter Kline, The Everyday Genius)
Belajar merupakan kata yang tidak asing bagi semua orang. Belajar diharapkan tidak hanya menjadi sebuah kewajiban, namun selayaknya menjadi kebutuhan setiap orang. Yang menjadi pertanyaan utama, apa sebenernya yang dimaksud dengan belajar itu? Azhar Arsyad (2003:1) memberikan pengertian belajar sebagai sesuatu
yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Sedangkan
Gagne memberikan pengertian yang berbeda, seperti yang dikutip Ratna Wilis
Dahar (1996:11) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar menjadi kata yang terlihat sederhana dan seperti mudah untuk diucapkan, tetapi lebih jauh dari itu belajar bukan hanya sebuah kata, melainkan sesuatu yang harus diaplikasikan dalam tindakan nyata.
Ratna Wilis Dahar (1996:11) mencoba menguraikan komponen-komponen yang terdapat di dalam
belajar, sehingga bila dikaji kembali definisi ini menjadi sangat bermakna, komponen belajar tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Perubahan Perilaku
Belajar yang disimpulkan,
terjadi apabila perilaku suatu organisma termasuk manusia, mengalami perubahan.
Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah perilaku verbal dari manusia.
b. Belajar
dan pengalaman
Komponen yang kedua ini
diungkapkan “sebagai suatu hasil pengalaman“. Belajar dengan istilah ini
menekankan pada pengalaman, dimana pengalaman.
Pengajaran adalah susunan
informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud disini adalah bukan hanya tempat dimana pengajaran
berlangsung, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang dibutuhkan untuk
menyampaikan informasi.
Sedangkan pembelajaran
adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru ada saat
seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Pembelaran lebih mengetekankkann hhubungan interaksi dua arah antara peserta belajar dan guru. Pembelajaran memiliki berbagai macam metode dalam membangun interaksi dengan siswa.
Namun menurut Paul Suparno, dkk (2002 : 47) tidak ada satupun metode
pembelajaran yang paling baik bila dibandingkan dengan yang lainnya.
Masing-masing memiliki kelemahan dan keunggulan. Metode pembelajaran yang
membantu siswa untuk melakukan kegiatan, pada akhirnya akan dapat mengkontruksi
pengetahuan yang mereka pelajari. Ada beberapa metode yang cukup
efektif yang dapat mengaktifkan siswa, yaitu metode penemuan dengan
penekanan pada kerangka berfikir metode ilmiah.
Siswa akan menyenangi
belajar bila belajar itu dia dapatkan sendiri. Belajar dari hasil mencari dan membangun pengetahuan sendiri akan
memberikan pengalaman langsung pada siswa dan siswa akan menjadi lebih tertarik
serta lebih mudah mengingat apa yang dipelajari. Pembelajaran dengan metode ini akan lebih menarik
buat siswa.
*Sumber Bacaan:
Azhar Arsyad, 4. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta :
Rajawali Pers
C.Asri Budiningsih. (2003). Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta
Paul Suparno,SJ, dkk. (2002). Reformasi Pendidikan
Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta : Kanisius
Ratna Wilis D. (1996). Teori-teori Belajar.
Jakarta : Erlangga
W. Gulo. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
Assalamu'alaikum bu donna.. ini nunung. blog baru ya bu? Keep blogging ya bu, moga bermanfaat buat kami anak2 TP :D
BalasHapusHai Nunung... Iya nih Nung... Dalam Rangka publikasi tulisan, biar bisa lebih bermanfaat. Amien... :)
BalasHapus